17 Jul 2011

Keutamaan Dhalat Dhuha


Pada kajian hadits Arba’in ke-26 bagian pertama telah dijelaskan bahwa hadits ini juga menjelaskan fadhilah shalat Dhuha. Yang demikian ini karena salah satu redaksinya menyatakan:

”Setiap salah seorang di antara kamu memasuki pagi harinya, pada setiap ruas tulangnya ada peluang sedekah; setiap ucapan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap hamdalah (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan la ilaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (ucapan Allahu akbar) adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, semua itu cukup tergantikan dengan dua raka’at dhuha.” (HR Muslim, hadits no. 720).
Pada kajian hadits Arba’in ke-26 bagian pertama telah dijelaskan bahwa hadits ini juga menjelaskan fadhilah shalat Dhuha. Yang demikian ini karena salah satu redaksinya menyatakan:

”Setiap salah seorang di antara kamu memasuki pagi harinya, pada setiap ruas tulangnya ada peluang sedekah; setiap ucapan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap hamdalah (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan la ilaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (ucapan Allahu akbar) adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, semua itu cukup tergantikan dengan dua raka’at dhuha.” (HR Muslim, hadits no. 720).
Hal di atas menjelaskan betapa Allah swt adalah Dzat Yang Maha Pemurah, betapa tidak;

• Kenikmatan Allah kepada manusia sangat banyak dan begitu melimpah, sekiranya manusia diminta menghitungnya, niscaya tidak akan mampu (QS An-Nahl: 18),
dan semua nikmat ini menuntut manusia untuk mensyukurinya. Jika menghitung saja tidak mampu, bagaimana menunaikan syukurnya?

• Manusia diciptakan memiliki 360 ruas. Bersama 360 ruas ini terdapat berbagai kenikmatan yang juga tidak dapat dihitung. Setiap ruang tulang ini memiliki tugas untuk bersedekah, sebagai rasa syukur kepada Allah yang telah menciptakannya dan tugas ini mesti ditunaikan manusia pada setiap harinya. Artinya, paling tidak, setiap hari manusia harus bersedekah sebanyak 360 kali atas nama 360 ruas ini. Hal ini tentunya sangat berat dan sulit.

Namun, Allah Yang Maha Pengasih dan Pemurah, melalui Rasulullah saw, menjelaskan bahwa tugas bersedekah sebanyak 360 kali itu cukup tergantikan oleh dua raka’at shalat Dhuha. Subhanallah ar-Rahman ar-Rahim, al-Jawwad al-Karim.

Waktu dan jumlah raka’at
Yang dimaksud shalat Dhuha adalah shalat yang dilakukan pada waktu Dhuha. Waktu Dhuha memanjang semenjak matahari naik kira-kira dalam pandangan mata kita setinggi satu tombak. Atau kira-kita 15 menit setelah terbitnya dan berakhir pada saat mendekati posisi tengah-tengah di atas kepala kita. Atau kira-kira 5 menit sebelum masuk waktu Zhuhur.

Jika seseorang melakukan shalat Dhuha ini, dua raka’at saja, berarti ia telah menzakati tubuhnya.
Sebab tersebut dalam hadits, sebagaimana telah dikutip di atas, bahwa dua raka’at ini cukup menggantikan tugas setiap ruas tulang untuk melakukan sedekah harian. Allahumma waffiqna lihadza.
Shalat Dhuha sendiri dapat dilakukan dalam pilihan 2 raka’at, 4 raka’at, 6 raka’at, 8 raka’at dan 12 raka’at.

Diriwayatkan dalam sebuah hadits, dari Abud-Darda’ ra, ia berkata,
Rasulullah saw bersabda,
“Siapa yang shalat Dhuha 2 raka’at, maka ia tidak tercatat sebagai orang yang lalai, dan siapa yang shalat Dhuha 4 raka’at, maka ia tercatat sebagai ‘Abid (ahli ibadah), dan siapa yang shalat Dhuha 6 raka’at, cukuplah baginya pada hari itu, dan siapa yang shalat Dhuha 8 raka’at, Allah swt mencatatnya sebagai Qanit (ahli taat), dan siapa yang shalat Dhuha 12 raka’at, Allah swt membangunkan rumah untuknya di surga, dan tidak ada hari, juga tidak ada malam kecuali ada pemberian Allah swt yang diberikannya kepada hamba-Nya sebagai sedekah untuknya, dan tidak ada pemberian Allah yang diberikan kepada seorang hamba-Nya yang lebih afdhal daripada ilham kepadanya untuk mengingat-Nya.
(Hadits dha’if, diriwayatkan oleh ath-Thabarani, lihat Dha’if at-Targhib wa at-Tarhib, no. 405).

Hadits dha’if ini disebutkan di sini untuk menjelaskan bahwa jumlah raka’at Dhuha memiliki opsi-opsi jumlah raka’at demikian. Imam Nawawi berkata, “Dalam hadits ini (hadits yang menjelaskan tentang opsi jumlah raka’at shalat Dhuha) terdapat kelemahan, namun jika digabungkan dengan hadits lain, maka ia menjadi kuat dan layak dijadikan argumentasi untuk hal ini.”

Shalat Dhuha adalah shalat Awwabin
Tersebut dalam hadits Rasulullah saw yang lain bahwa shalat Dhuha adalah shalat Awwabin. Artinya, shalat yang merefleksikan sikap orang-orang yang senantiasa merujuk dan kembali kepada Allah swt dalam segala urusannya.
“Shalat Awwabin dilakukan saat anak-anak unta mulai merasakan panasnya pasir sehingga mereka bangkit.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim [748])

Dalam hadits yang lain,
“Tidak konsisten menjaga kontinuitas shalat Dhuha kecuali ia seorang awwab, dan shalat Dhuha adalah shalat Awwabin.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim, lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, hadits no. 703)

Shalat Dhuha ini adalah salah satu dari tiga wasiat Rasulullah kepada Abu Hurairah ra.
Abu hurairah berkata,
“Kekasihku (maksudnya, Rasulullah saw) berwasiat kepadaku dengan tiga hal, dan aku tidak akan meninggalkannya sehingga aku mati; berpuasa tiga hari setiap bulan, melakukan shalat Dhuha dan melakukan shalat witir sebelum tidur.” (Hadits muttafaqun ‘alaih, lihat Bukhari [1107, 1845], Muslim [1182])
Shalat Dhuha merupakan bagian dari “haji dan umrah” yang sempurna. Bukan haji dan umrah dalam arti pergi ke Mekah, akan tetapi, pahala haji dan umrah.
Rasulullah saw bersabda,

“Siapa yang shalat Subuh berjama’ah, lalu duduk dzikir kepada Allah swt sehingga matahari terbit,kemudian shalat dua raka’at, maka untuknya pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna.” (Hadits Hasan, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, lihat Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi, hadits no. 586)

Rasulullah melakukan shalat Dhuha
Ummul Mukminin Aisyah ra berkata,
“Rasulullah saw melakukan shalat Dhuha 4 raka’at dan menambahnya sesuai dengan kehendak Allah swt.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim [1176])
Ummu Hani’ ra bercerita bahwa Rasulullah saw memasuki rumahnya pada hari fathu Makkah (penaklukan kota Makkah), lalu mandi dan shalat 8 raka’at. (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari [1105])

Dan ia menjelaskan lebih lanjut bahwa shalat Dhuha yang dilakukan Rasulullah saw termasuk shalat yang cepat. Maksudnya surat yang dibaca oleh beliau saw adalah surat-surat pendek, ruku’ sujudnya juga pendek-pendek. Hanya saja, ruku’ dan sujudnya dilakukan secara sempurna. (Shahih Bukhari, no. 1105)

Shalat Dhuhanya Asma’ binti Abi Bakar
Imam Nawawi menuturkan kisah Asma’ binti Abi Bakar ra, bahwasanya pada suatu hari Ubadah bin Hamzah memasuki rumahnya. Ia mendapati Asma’ sedang membaca QS At-Thur: 27-28. Selesai membaca ayat ini Asma’ ra berhenti untuk melakukan perenungan dan penghayatan terhadap kandungannya, lalu berdo’a. Membacanya lagi, merenung lagi, berdo’a lagi, membaca lagi, merenung lagi, berdo’a lagi, begitu seterusnya.

Ternyata hal ini berlangsung sangat lama, sehingga Ubadah keluar dari rumah dan pergi ke pasar untuk menyelesaikan urusannya di pasar. Lalu ia balik lagi ke rumah Asma’. Ternyata ia masih dalam keadaan seperti saat ditinggalkan. (lihat At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an pembahasan tentang mengulang-ulang bacaan ayat dalam rangka melakukan tadabbur). Besar kemungkinan, hal ini dilakukan saat Asma’ ra melakukan shalat Dhuha, sebab Ubadah yang datang kepadanya, lalu pergi ke pasar dan balik lagi.

Riwayat lain mengatakan bahwa kisah ini terkait dengan Ummul Mukminin Aisyah binti Abi Bakar ra, dan bahwasanya do’a yang dibacanya berbunyi:
Allahumma munna ‘alaina, waqina adzabas-samum, innaka anta al-Barru ar-Rahimu.
Artinya, ya Allah, berikanlah suatu pemberian kenikmatan kepada kami, lindungi kami dari azab neraka, sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pemberi Kebajikan dan Dzat Yang Maha Penyayang. (lihat Tafsir Ibn Abi Hatim, saat menafsirkan ayat 27-28 surat Ath-Thur)
Semoga Allah swt memberikan taufiq, hidayah dan kekuatan kepada kita agar bisa konsisten melakukan shalat Dhuha. Amiin.

Read More......

Keutamaan Shalat Shubuh dan Qabliyah Shubuh


Ini sekilas info, sumber dari internet. Semoga bermanfaat .
Suatu malam seorang lelaki shalih bangun dari tidurnya…ketika itu menjelang akhir malam mendekati waktu Fajar… ia dapati istrinya sedang bertahajjud, shalat dan berdoa dengan linangan air mata, memohon kepada Allah dengan segenap ketulusan hati.
Suatu malam seorang lelaki shalih bangun dari tidurnya…ketika itu menjelang akhir malam mendekati waktu Fajar… ia dapati istrinya sedang bertahajjud, shalat dan berdoa dengan linangan air mata, memohon kepada Allah dengan segenap ketulusan hati. Lelaki itu sejenak tertegun melihat keshalihan istrinya, bagaimana dia seorang laki-laki asyik tidur, sementara sang istri begitu zuhud dan giat beribadah? Maka disapanya sang istri, “Tidakkah engkau tidur, apakah gerangan yang membuatmu seperti itu hingga larut begini? Maka istri yang shalihah itu menjawab, “Bagaimana akan tidur, seseorang yang tahu bahwa kekasihnya (Allah subhanahu wata’ala) tidak pernah tidur?” Keutamaan Qabliyah Shubuh
Qabliyah Shubuh yaitu shalat sunnah dua raka’at yang dilakukan sebelum shalat Shubuh. Ia merupakan amalan yang paling dicintai oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana disebutkan di dalam sabdanya, artinya,
“Dua raka’at Fajar(sebelum Shubuh) lebih baik daripada dunia seisinya.”
Dan dalam riwayat Muslim disebutkan,
“Sungguh dua raka’at itu (sebelum Shubuh) lebih aku cintai daripada seluruh dunia.”
Jika dunia dengan segenap isi dan perbendaharaannya di mata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dapat menyamai dua rakaat sebelum Shubuh maka bagaimana lagi keutamaan shalat Shubuh itu sendiri.Keutamaan Shalat Shubuh Sebagai Sebab Masuk Surga dan Selamat dari Neraka, Disebutkan di dalam sebuab hadits
bahwa siapa saja yang menjaga shalat Shubuh dan Ashar maka akan dimasukkan ke dalam Surga dan dijauhkan dari api neraka.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang shalat di dua waktu yang sejuk maka dia akan masuk surga.”( hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim,)
Dan dalam hadits yang lain beliau bersabda:
“Tidak akan dijilat api neraka seseorang yang shalat sebelum Matahari terbit dan sebelum tenggelam.”
Yang dimaksudkan dengan dua waktu yang sejuk adalah waktu shalat Shubuh dan shalat Ashar.

Disaksikan Malaikat.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
artinya, “Dirikanlah shalat dari sesudah Matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Subuh.Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. 17:78)
Shalat Shubuh, disebut Qur’anul Fajr karena bacaan al-Qur’an pada shalat ini lebih panjang daripada shalat-shalat yang lain, dan shalat Shubuh ini disaksikan oleh para malaikat. Terkait dengan ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan dalam sebuah haditsnya,
“Malaikat saling bergantian dalam mengawasi kalian semua pada waktu malam, dan juga malaikat pengawas di waktu siang, mereka berkumpul pada waktu shalat Shubuh dan shalat Ashar. Kemudian malaikat yang berjaga malam hari naik, lalu Allah bertanya kepada mereka tentang hamba-hamba-Nya sedangkan Allah lebih tahu keadaan mereka, “Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku ketika kalian tinggalkan? Maka para malaikat menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan ketika kami datang mereka pun juga sedang dalam keadaan shalat.”
Sungguh bahagia orang-orang yang mau memerangi diri, bangkit meninggalkan kasur-kasur mereka. Berjuang keras melawan segala yang menariknya ke tempat tidur, rasa kantuk, dingin, malas dan lain sebagainya. Mereka berharap untuk mendapatkan tiket yang begitu mahal, terbebas dari sifat nifaq, dan untuk menggapai apa yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, masuk surga. Mereka juga ingin mendapatkan persaksian mulia dari para malaikat, ingin menjadi hamba-hamba yang ditanyakan Allah keadaannya, lalu dijawab oleh para malaikat bahwa mereka sedang shalat.
Allah Bersumpah dengan Waktu Fajar. Karena besarnya keutamaan waktu Shubuh ini maka Allah subhanahu wata’ala bersumpah dengan menggunakan waktu itu, Dia berfirman,
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. 89:1-2)
Memberi Banyak Manfaat
Wahai saudaraku, merupakan ciri khas dari shalat Shubuh ini adalah bahwasanya dia dapat menyegarkan dan memperbaharui keimanan, menghidupkan hati, melapangkan dada, membuat jiwa penuh dengan kebahagiaan serta menjadikan berat timbangan amal kebaikan.
Sesungguhnya nikmatnya tidur pada waktu Shubuh yang hanya sekian menit tidaklah sebanding dengan kengerian di kubur, atau kengerian jurang-jurang di neraka. Kala itu seseorang hanya mampu menggigit jari menyesal untuk selama-lamanya seraya mengatakan, “Wahai Rabb kembalikan aku ke dunia, aku akan melakukan amal shalih yang dulu aku tinggalkan.” Betapa celaka, kenikmatan yang di akhiri dengan penyesalan, dan kenyamanan yang membawa penderita an begitu menyakitkan.
Saudaraku tercinta, cobalah kita ingat nikmat Allah yang terus menerus mengiringi kita tiada henti, coba bandingkan kondisi anda dengan kondisi orang lain. Ketika mereka berbaring di tempat tidur, kepala mereka masih diselimuti oleh berbagai beban berat, kegalauan dan kekhawatir an, apa yang akan dimakan besok? Sementara tubuh diliputi rasa penat dan lelah, setelah seharian mencari sesuap nasi untuk menghilang kan rasa lapar. Sebagian dari mereka ketika bangun di pagi hari terkadang ditemani oleh dentuman meriam dan rentetan tembakan senapan, sementara perut terasa lapar sedang hawa pun demikian dingin menyengat. Di sisi mereka anak-anak yang masih kecil menangis, berteriak kelaparan dan mengeluh kesakitan.
Adapun kita…sungguh kita dalam keadaan aman ketika makan dan minum, badan kita pun sehat, masih punya kekuatan dan umur. Maka janganlah itu semua menipu dan membuat kita terlena, dengan menggunakan kenikmatan tersebut untuk kemaksiatan dan dosa serta lupa bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah melimpahkan segala nikmat dengan tanpa batas.
Saudaraku, apakah engkau merasa aman ketika menuju pembaringanmu, padahal boleh jadi ia adalah tidur terakhirmu di dunia. Engkau tidak bangun lagi setelahnya dan ketika bangun tahu-tahu engkau telah berada di alam kubur.
Maka selayaknya kita bersiap-siap selagi kita masih berada di dunia ini. Siapkanlah jawaban untuk di kubur, jawaban yang benar dan lurus tentunya. Jangan lupa kita selalu memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar menjadikan kita semua orang-orang yang mau mendengarkan ucapan dan mau mengikuti mana yang baik di antara ucapan itu, menjadikan akhir kehidupan kita dengan akhir kehidupan yang baik dan bahagia, dan mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala menolong kita untuk selalu berdzikir mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya dan memperbaiki ibadah hanya kepada-Nya.
Jika Shalat Shubuh Diremehkan
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. 4:103-104)
Islam adalah jalan kehidupan yang universal dan mencakup seluruh sisi kehidupan manusia. Islam merupakan sebuah ikatan antara seorang hamba dengan Rabbnya,
Allah subhanahu wata’alaberfirman,
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu), “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia,dan jangan kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima.”(QS. 3:187)
Maka seorang hamba harus iltizam (komitmen) terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh Rabbnya. Dan Allah subhanahu wata’ala pun telah memberikan berbagai macam hak manusia dan berikut keistimewaannya dan pada akhirnya seorang hamba akan mendapatkan haknya yang terbesar sebagaimana
disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
artinya, “Dan hak hamba atas Allah adalah Allah tidak menyiksa siapa saja yang tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun.”
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. 2:208)
Para mufassirin mengatakan tentang makna ayat ini (yaitu),
“Terimalah Islam dengan segenap hukum dan syari’atnya.” Allah subhanahu wata’ala telah murka kepada bani Israil yang hanya menerima sebagian ajaran agama yang mereka kehendaki serta enggan mengerjakan sebagian yang lainnya. Maka Allah subhanahu wata’ala berfirman “Apakah kamu beriman kepada sebagian dari Al-Kitab(Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain?” (alBaqarah:85)
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu memvonis orang yang tidak shalat Shubuh dan Ashar dengan berjama’ah sebagai munafiq ma’lumun nifaq (yang nyata nifaqnya) .
maka bagaimana dengan orang yang sama sekali tidak mengerjakan shalat, berjama’ah maupun tidak.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah bersabda,
artinya, “Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafiq daripada shalat Subuh dan Isya’. Seandainya mereka mengetahui besarnya pahala kedua shalat tersebut, niscaya akan mendatanginya meskipun dengan merangkak.” (HR al-Bukhari)
Allah subhanahu wata’ala berlepas diri dari orang- orang yang meninggalkan shalat fardu lima waktu, sebagaimana disebutkan di dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
artinya,
“Janganlah engkau meninggalkan shalat dengan sengaja, karena sesungguhnya siapa saja yang meninggalkan shalat dengan sengaja maka tanggungan Allah dan Rasul-Nya telah terelepas darinya.” (HR Ahmad dalam al-Musnad)
Solusi
Di antara solusi yang insya Allah dapat membantu kita menjadi orang-orang yang dapat menjaga shalat adalah sebagai berikut :
1. Hendaknya memposisikan shalat sesuai dengan kedudukannya dalam kehidupan kita, sehingga dalam seluruh aktivitas kehidupan kita senantiasa menekankan masalah shalat ini, bukan sebaliknya menyepelekannya.
2. Mempergunakan jam(bel/weker) untuk membangunkan kita agar tidak terlambat dalam menjalankan shalat Shubuh.
3. Tidur lebih awal, agar dapat bangun lebih awal pula, dan usahakan melakukan pekerjaan atau aktivitas setelah selesai shalat Shubuh. Karena Allah subhanahu wata’ala membagi rizki-Nya pada waktu setelah Shubuh ini.
4. Membiasakan untuk membaca dzikir dan do’a sebelum tidur, dan memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar menolong kita untuk selalu mengerjakan shalat.
5. Merasa sangat bersalah dan berdosa ketika kita ketinggalan shalat dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengulangi kesalahan itu.

Read More......

Keutamaan Shalat Tahajud


Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakansholat Tahajud, harus tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud ) adalah kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu berdampingan denganAllah SWT. Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :

Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakansholat Tahajud, harus tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud ) adalah kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu berdampingan denganAllah SWT. Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :

“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”(QS : Al-Isro’ : 79)

Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan .
Sahabat Abdullah bin Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.”
(HR Tirmidzi)

Bersabda Nabi Muhammad SAW :
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” ( HR. Muslim )

Waktu Untuk Melaksanakan Sholat Tahajud :
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk melaksanakan shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu Isya’ hingga waktu subuh ( sepanjang malam).
Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :

1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 – Subuh )
Menurut keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya do’a) itu adalah 1/3 malam yang terakhir.

Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar :
“ Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”
Sahabat Abu Dzar menjawab :“Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.”

Rosulullah SAW bersabda :
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)

Bersabda Rosulullah SAW :
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )

Nabi SAW bersabda lagi :
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia ) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )

Jumlah Raka’at Shalat Tahajud :
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 ( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas ) raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat Iftitah.

Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua ) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :
“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )

Adapun Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :
• 2 raka’at shalat Iftitah.
• 8 raka’at shalat Tahajud.
• 3 raka’at shalat witir.
Adapun surat yang dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama setelah surat Al-Fatihah ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286.
Sedangkan pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron 18-19 dan 26-27. Kalau surat-surat tersebut belum hafal, maka boleh membaca surat yang lain yang sudah dihafal.

Rasulullah SAW bersabda :
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu membangunkan istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada wajahnya dengan air. Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun untuk shalat malam, juga membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya disiram air.” (HR Abu Daud)

Bersabda Nabi SAW :
“Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga
keduanya shalat dua raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan (perempuan/laki-laki) yang selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)

Keutamaan Shalat Tahajud :

Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari bersabda :
“Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”

Adapun lima keutamaan di dunia itu, ialah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.

Sedangkan yang empat keutamaan di akhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.


Read More......